Perkembangan teknologi yang sedemikian masif juga diiringi dengan peretasan. Bahkan, dalam sehari ada 14 juta ancaman serangan siber di Indonesia yang mengincar banyak data utamanya adalah keuangan.
Data ini kian diperkuat dengan basis data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang menyebut angka serangan siber yang terjadi di Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 100 juta kasus yang didominasi oleh serangan ransomware dan malware.
Parahnya lagi, jumlah ini masih akan terus bertambah mengingat tahun 2022 belum sepenuhnya selesai.
Baca Juga: Menjadi Nasabah Bijak, Solusi Efektif Hindari Diri dari Serangan Siber
Tiap Detik ada 75 Ancaman Serangan Siber
Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Rudiantara menyebut rata-rata ada sekitar 75 ancaman serangan siber setiap detiknya yang terjadi di Indonesia. Dan, dari berbagai jenis ancaman itu, phising dan doxing mendominasi.
Jika tidak segera mendapat penanganan, maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap keuangan digital di Indonesia bakal menurun drastis mengingat tidak ada jaminan keamanan terhadap data dan dana nasabah yang ada di dalam industri keuangan digital di Indonesia.
Sasaran para hacker memang lebih mengarah pada data pribadi pengguna dengan ancaman mengeruk data keuangan milik nasabah perbankan maupun dompet digital yang dimiliki nasabah.
Baca Juga: Ojol Gagal sebagai Bisnis Transportasi, Mitranya Kadang Harus Bertaruh Nyawa
Pentingnya Antisipasi Keamanan Data dari Ancaman Serangan Siber
Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut dalam membangun ekosistem keuangan digital, faktor keamanan menjadi hal paling krusial.
Ia menilai efektivitas verifikasi data menjadi sangat vital seperti penerapan tanda tangan digital menjadi tolak ukur tingkat kepercayaan konsumen untuk beralih menggunakan platform keuangan digital.
Sejauh ini, OJK juga sudah memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai inovasi teknologi keuangan meskipun faktor keamanannya harus benar-benar diperkuat.
Verifikasi Data menjadi Mutlak untuk Mencegah Ancaman Serangan Siber
Salah satu penyedia jasa keuangan digital, Vida juga mengakui verifikasi data pengguna menjadi hal prioritas dalam membangun infastruktur keuangan digital.
Vida menerapkan banyak inovasi sistem keamanan melalui verifikasi dan autentikasi data yang aman bagi tiap pengguna.
Beberapa model verifikasi yang diterapkan itu, selain selfie ada juga teknologi keamanan data berbasis kecerdasan buatan (AI) yakni; liveness detection dalam fitur face recognition yang sesuai dengan database identitas kependudukan.
Meski demikian, agar tidak memberatkan penggunanya, sistem verifikasi data tetap mengacu pada kepraktisan serta seamless sesuai dengan konsep awal pemanfaatan teknologi untuk manusia.