AirAsia Ride bakal meramaikan industri ride hailing di Indonesia, lebih variatif memang, raksasa Gojek dan Grab bakal ada tandingannya setelah Shopee Food turut melantai, tapi kenapa Traveloka Eats dan Send-nya malah tumbang dan Maxim yang merajalela dengan tarif murahnya.
Mulai November 2022 mendatang, AirAsia Ride resmi mengaspal di Indonesia meski sebelumnya sudah mengaspal di Tangerang melalui AirAsia Food.
Debut dimulai di Bali, lewat layanan taksi online sebagai layanan ride hailing yang pertama AirAsia.
Ini menjadi semacam penjajakan AirAsia sebelum benar-benar melaunch sektor ojek onlinenya sekaligus bukti keseriusan Tony Fernandes untuk menggarap bisnis baru buatnya.
Baca Juga: Efektivitas Blog untuk Meningkatkan Bisnis Online
Janji Gaji Tinggi AirAsia Ride
Dengung iming-iming gaji tinggi AirAsia Ride memang tak pernah benar-benar tercetus oleh AirAsia, faktanya kebanyakan media mengumbar iming-iming gaji fantastis bagi mitra driver atau driver yang bakal diangkat jadi karyawan AirAsia berdasarkan skema yang diterapkan AirAsia terhadap drivernya di Malaysia.
Tak ayal, wacana ini membuat banyak driver yang sudah menjadi mitra dua raksasa ride hailing Gojek dan Grab bakal berpaling ke AirAsia.
Terlebih, kian hari skema kemitraan yang ditawarkan Gojek maupun Grab terasa tidak memihak mitranya, apalagi jika dikaitkan dengan kenaikkan harga BBM yang tak sebanding dengan pendapatan yang mereka peroleh selama ini.
Disisi lain, mekanisme potongan pendapatan dari tiap order juga kian besar dan memberatkan para mitra, berbagai potongan pun diterapkan dan meski kenaikan tarif ojol sudah diperbarui sejatinya pendapatan driver ojol tak berubah.
Karenanya, AirAsia Ride seolah menjadi oase buat kebanyakan driver ojol yang sudah terlanjur hidup menjadi mitra dengan skema yang mereka anggap 'tidak adil'.
Mekanisme Skema AirAsia Ride terhadap Drivernya
Layanan ride hailing AirAsia ride sebagai bagian dari superapp yang dikembangkan melalui perusahaan induknya, Capital A yang awalnya merupakan manajemen dari AirAsia Group.
Sebagai superapp, AirAsia menawarkan skema berupa kepegawaian tetap kepada pengemudi yang ingin bergabung dalam superapp ini.
Dikutip dari laman AirAsia driver, berbagai manfaat yang bakal diperoleh driver mulai dari potongan jasa aplikasi yang hanya 15 persen.
Ada pula, manfaat lain yakni Allstar untuk driver bisa menikmati berbagai fasilitas termasuk penerbangan, makanan, dan kursus.
Kemudian ada pula, perolehan insentif yang lebih besar jika driver berhasil mencapai tujuan mingguan yang diberlakukan.
Dan tentu saja, fasilitas gaji tetap bulanan untuk para driver ojol, namun ini skema yang diberlakukan di Malaysia.
Di Malaysia, gaji bagi driver yang ditawarkan mulai dari RM 3.000 per bulan yang jika dikonversikan ke dalam rupiah setara dengan Rp10 juta.
Baca Juga: Menjadi Nasabah Bijak, Solusi Lindungi Diri dari Kejahatan Siber
AirAsia Menjadi Kabar Baik bagi Driver Ojol
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia Igun Wicaksono menilai positif terhadap skema yang diberlakukan AirAsia ini jika benar terealisasi.
Skema kepegawaian tetap bisa jadi daya tarik di tengah permintaan pengemudi ojek daring untuk diangkat sebagai pekerja, bukan sekadar mitra yang selama ini hak-haknya cenderung diabaikan oleh aplikasi.
Diakui atau tidak, driver ojek online tak akan pernah bisa memperoleh kesejahteraan yang ideal jika tetap dengan status sebagai mitra seperti yang diberlakukan Gojek, Grab, Shopee maupun Maxim.
AirAsia Ride Harus Berani Bakar Duit Kalau Mau Main di Indonesia
Faktanya, diakui atau tidak, industri ride hailing di Indonesia memang lumayan keras.
Dibalik persaingan antar aplikasi yang masif, ada permainan bakar uang. Hampir sebagian besar investasi di aplikasi transportasi online memang 'menanamkan konsep' bakar uang dalam menjalankan bisnisnya agar tetap establish.
Karakter pengguna aplikasi yang punya kecenderungan 'tak mau rugi' membuat kebanyakan aplikasi transportasi online memilih jalan pintas promo diluar kewajaran sebagai strategi untuk bisa memenangi persaingan.
Amat mahfum jika satu pengguna smartphone umumnya memiliki lebih dari satu aplikasi transportasi online, bahkan kebanyakan pengguna aplikasi memiliki konklusi sendiri; pesan makanan pakai gofood, kirim barang pakai grab dan ngojek pakai maxim.
Konklusi itu berdasarkan hitung-hitungan layanan tiap aplikasi yang amat kompetitif termasuk promo yang kerap ditawarkan oleh aplikasi.
Satu hal untuk urusan promo, Maxim adalah satu-satunya aplikasi yang jarang atau bahkan tak pernah mengumbar promo kecuali harganya yang memang amat murah.
Lantas dimana posisi AirAsia Ride? jika skema pengguna sudah memiliki konklusinya masing-masing. Maka mau tak mau, AirAsia Ride bakal larut dalam jurus ampuh sebagaimana Gojek dan Grab lakukan; bakar uang, jika tidak, AirAsia Ride bahkan tak akan bisa memenangi persaingan termasuk mengambil sedikit ceruk bisnis ride hailing.
Karena sejatinya, dibalik iming-iming gaji tinggi terhadap drivernya, ada satu hal yang pula harus dipikirkan secara serius oleh AirAsia Ride yang tak kalah penting pula agar bisnis tetap berjalan yakni; pengguna aplikasi.
Lihat saja, Traveloka yang terpaksa menghentikan operasinya terhadap layanan Traveloka Eats dan Traveloka Send per 31 Oktober 2022.
Meski menyebut alasan penghentian untuk fokus di layanan penerbangan dan hotel, namun semua orang mahfum jika ini lebih kepada soal persaingan semata, jadi AirAsia Ride sudah siap bersaing di ganasnya belantara ride hailing Indonesia?.