DPR RI menegaskan bahwa BBM subsidi hanya untuk rakyat miskin dan bukan untuk kalangan mampu.
Karenanya, masyarakat mampu diminta untuk sadar dan tidak menggunakan BBM bersubsidi.
Membangun Kesadaran Kalangan Mampu untuk Tidak Menggunakan BBM Subsidi
Menurut Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno pentingnya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat menggunakan BBM nonsubsidi khususnya kepada masyarakat yang mampu.
Memiliki perasaan dan rasa malu perlu ditumbuhkan di kalangan masyarakat mampu terlebih saat ini masih banyak pengguna kendaraan mewah yang dengan santainya mengisi bahan bakar bersubsidi.
“Butuh personal integrity. Apakah memang layak saya menggunakan ini (BBM bersubsidi). Kadang, saya suka melihat pada saat sidak dalam beberapa kesempatan di beberapa daerah. Mobilnya bagus, yang keluar cukup mentereng, profesional, ada ibu habis narik arisan, tetapi tetap isi pertalite BBM subsidi,” ujarnya.
Menurut dia, rencana pembatasan BBM bersubsidi dengan menggunakan indikator kapasitas mesin tidak menjadi masalah, karena kesadaran akan apakah layak menerima subsidi tak kalah penting.
“Tapi saya kira kembali ke kita semua, apakah kita pantas mengisi BBM bersubsidi atau tidak, apakah kita mengambil hak orang lain dengan mengambil bbm subsidi atau tidak?” ujarnya.
BBM Subsidi Hanya untuk Masyarakat Miskin
Menurut pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia, Trubus Rahardiansyah, menumbuhkan kesadaran itu tidak mudah. Harus ada aturan yang dapat memaksa masyarakat agar sadar dan menggunakan BBM nonsubsidi.
“Sesungguhnya perilaku manusia itu bisa dikondisikan. Caranya dengan edukasi. Itu akan dikomunikasikan terus menerus, dan ada advokasi pendampingan,” ujarnya.
Namun sejauh ini, hampir sebagian besar penikmat bahan bakar subsidi sebagian besar berasal dari kalangan masyarakat mampu.
Dengan kendaraan mewahnya, masyarakat mampu ini bahkan mengisi bahan bakar hingga ratusan liter setiap harinya.
Ironisnya lagi, kebanyakan masyarakat mampu ini tak hanya memiliki satu kendaraan saja yang rajin mengonsumsi bahan bakar subsidi.
Sementara, rakyat miskin terus menderita dengan kenaikan harga BBM subsidi karena diiringi dengan melambungnya sejumlah kebutuhan pokok.
Disisi lain, pendapatan atau penghasilan mereka sama sekali tidak mengalami kenaikan sama sekali.