Sudah diunduh oleh lebih dari 5 juta pengguna smartphone, nyatanya aplikasi MyPertamina tak memperoleh feedback yang positif dari penggunanya, selain karena kebutuhan untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) subsidi, aplikasi ini hanya melulu tentang review buruk yang berujung pada bintang satu.
....
Diluncurkan sejak tanggal 1 Juli 2022 lalu, pemerintah memang mewajibkan pembelian BBM subsidi khususnya Pertalite dan Solar dengan menggunakan aplikasi MyPertamina ini.
Meski baru dalam tahap uji coba di sebagian Pulau Jawa dan beberapa daerah lain, kenyataannya respon pemilik kendaraan pun beragam, tapi cenderung berisi keluhan hingga dianggap tak bermanfaat.
Sampai dengan tanggal 11 Juli 2022 kemarin, terdapat sekitar 277 ribu ulasan yang semuanya memberikan umpan balik berupa bintang satu terhadap aplikasi yang dikembangkan oleh Pertamina ini.
Aplikasi MyPertamina, Cara Pemerintah Batasi Penggunaan BBM Subsidi
Aplikasi ini oleh pemerintah tujuan awalnya memang diniatkan untuk membatasi penggunaan BBM subsidi yang konsumsinya sudah sangat besar, yang membuat beban APBN terasa semakin berat bahkan menyedot lebih dari 20 persen total APBN yang pada tahun 2022 tercatat sebanyak Rp. 3, 106 triliun.
Sedangkan, alokasi subsidi BBM termasuk subsidi gas LPG dan subsidi listrik tahun ini nilainya mencapai Rp. 578, 1 triliun. Dengan nilai subsidi yang amat besar ini, pemerintah merasa perlu untuk melakukan pengetatan konsumsi bahan bakar minyak agar subsisi lebih tepat sasaran.
Hingga kemudian dikeluarkanlah kebijakan penggunaan aplikasi ini untuk mendukung rencana pemerintah agar konsumsi BBM subsidi lebih tepat sasaran.
Baca Juga: Mengenal Sistem Pembayaran dan Jenis-jenisnya
Niat Tepat Sasaran tapi Jenis Kendaraan Masih Bias
Anehnya, disaat tujuan pembatasan penggunaan BBM subsidi sudah mulai diuji coba dengan penerapan pembelian bahan bakar via aplikasi di berbagai kota di Indonesia, kenyataannya jenis kendaraan yang berhak dan tak berhak mengkonsumsi BBM subsidi masih amat bias.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) misalnya melarang konsumsi Pertalite untuk jenis kendaraan diatas 2000 cc untuk mobil dan diatas 250 cc untuk sepeda motor.
Tapi, Pertamina justru memiliki kriteria jenis kendaraan yang tak boleh mengkonsumsi BBM subsidi yang berbeda, yakni di atas 1.500 cc untuk mobil dan diatas 200 cc untuk motor.
Sengkarut jenis kendaraan yang tak boleh menggunakan BBM subsidi itu kian tak pasti manakala Perpres Nomor 191 tahun 2014 belum juga direvisi.
Jenis Kendaraan Sudah Diketahui, untuk Apa Pakai MyPertamina
Di sisi lain muncul pula respon dari masyarakat yang menilai jika jenis kendaraan sudah ditetapkan untuk apa menggunakan aplikasi saat membeli BBM karena justru akan semakin membuat rumit proses pengisian bahan bakar.
Belum lagi, di beberapa SPBU yang ada di daerah, antrian panjang kendaraan yang hendak mengisi BBM sudah menjadi pemandangan yang lazim setiap harinya, ditambah dengan penggunaan aplikasi MyPertamina saat bertransaksi justru kian menambah tingkat kemacetan yang kian parah.
Kondisi ini, makin diperparah dengan sebagian besar masyarakat yang belum terlalu familiar dengan pemanfaatan dan penggunaan aplikasi termasuk untuk membeli bahan bakar, meskipun hampir sebagian besar penduduk Indonesia rata-rata sudah memiliki smartphone.
Baca Juga: Pilihan Peluang Bisnis untuk Mahasiswa
Kontradiksi Kebijakan dan Larangan Ketika Berada di SPBU
Lucunya lagi, antara kebijakan pemerintah dan ketentuan wajib pengguna kendaraan ketika berada di SPBU amat kontradiksi. Karena, SPBU amat tegas melarang penggunaan ponsel di dalam areanya yang bisa memicu kebakaran. Larangan ini bahkan menjadi syarat mutlak yang diberlakukan Pertamina kepada tiap SPBU baik milik sendiri maupun yang dikelola oleh swasta.
Bahkan di tiap dispenser SPBU, simbol hape yang dicoret dengan garis silang yang miring sebagai tanda larangan penggunaan ponsel amat jelas terpampang sejak lama. Petugas SPBU juga kerap mengingatkan pengguna kendaraan yang masih ngeyel bermain ponsel di area SPBU.
Ulasan Aplikasi MyPertamina, Kontra Mendominasi Ketimbang yang Pro
Beberapa waktu lalu, terjadi kehebohan menyusul adanya sebuah tangkapan layar dari sebuah broadcast message Whatsapp yang dibagikan melalui salah satu pengguna twitter tentang lowongan 1.000 buzzer untuk membuat review positif terhadap aplikasi MyPertamina.
Isi lowongannya; dibutuhkan 1.000 buzzer untuk memberi review positif aplikasi MyPertamina sekaligus memberi rating bintang lima dengan bayaran Rp. 4 ribu/email untuk tiap ulasan positif.
Entah benar atau tidak, kenyataannya memang aplikasi yang oleh pemerintah dianggap sebagai solusi pembatasan konsumsi BBM subsidi, memperoleh review yang amat buruk yang semuanya memberikan rating bintang satu. Sejak dirilis pada 28 Juni 2022 lalu, tak ada satupun review positif terhadap aplikasi ini.
Kecewa Penerapan Aplikasi sekaligus Kecewa dengan Fitur MyPertamina
Sebagian besar pengguna aplikasi yang sudah diunduh oleh lebih dari 5 juta pengguna smartphone ini menyebutkan berbagai kekecewaan mereka dalam ulasan yang tak hanya kesal karena pemerintah memberlakukan pembelian BBM subsidi melalui aplikasi hingga leletnya fitur aplikasi bahkan disaat proses pendaftaran.
Kekecewaan itu, diklasifikasikan menjadi dua kriteria yakni; kecewa dengan penerapan pembelian BBM melalui aplikasi dan kecewa dengan leletnya fitur aplikasi.
Kecewa karena Penerapan Aplikasi belum Tepat
Seperti diketahui, meski terdapat puluhan juta pengguna smartphone di Indonesia, namun tak lantas membuat semua penggunanya lebih familiar dengan teknologi khususnya aplikasi. Percaya atau tidak, hampir sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia memanfaatkan ponsel pintarnya untuk kebutuhan bermain medsos dan bermain game.
Contohnya saja, penerapan aplikasi PeduliLindungi yang sebenarnya memiliki banyak manfaat positif ternyata masih banyak pengguna yang belum mengerti penggunaan aplikasi ini.
Di sisi lain pengguna juga membayangkan penerapan aplikasi MyPertamina diberbagai daerah yang masih terbilang awam dalam hal penerapan teknologi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya yang masih amat asing. Aplikasi PeduliLindungi misalnya, sampai saat ini penggunaannya belum merata.
Kecewa dengan Fitur Aplikasi MyPertamina
Bentuk kekecewaan lain khususnya dalam hal penggunaan aplikasi, adalah seputar lambannya respon aplikasi terhadap fitur-fitur yang dimiliki, seperti proses pengiriman kode OTP yang terlalu lama, tak bisa mengupdate data kendaraan, terlalu ribet, terlalu banyak bug di aplikasi.
Tak hanya itu saja, ketika memasukkan PIN pengguna pun tampilan user interface aplikasi beralih ke fitur lain yang belum bisa dinikmati pengguna. Selain itu, kerepotan lain juga terjadi ketika proses pengisian bahan bakar karena aplikasi tak bisa di akses dengan email hingga membuat antrian jadi semakin panjang.
Pada akhirnya, polemik tentang penggunaan aplikasi ini menjadi kian rumit dari berbagai kendala dan keruwetan saat mengunduh, mengisi dan menggunakan aplikasi ini.
Cara Pakai Aplikasi MyPertamina
Terlepas dari berbagai permasalahan tentang aplikasi ini, namun Pertamina tetap jalan terus menjalankan proses uji coba aplikasi sampai benar-benar bisa efektif digunakan dengan berbagai perangkat penunjang seperti jenis kendaraan yang tidak bisa menggunakan aplikasi, hingga perbaikan aplikasi agar tampilannya lebih ramah pengguna.
Sepintas sejak dari mengunduh dan menginstal aplikasi ini di smartphone terkesan amat mudah, termasuk pengaplikasiannya di SPBU, melalui dua langkah yang terdiri dari cara menginstal dan cara menggunakannya:
Cara Menginstal Aplikasi MyPertamina
- Unduh aplikasi MyPertamina
- Isi data diri, nomor kontak, hingga identitas kendaraan
- Aplikasi kemudian akan mengirimkan kode OTP melalui SMS sebagai proses aktivasi aplikasi
- Kemudian buat PIN khusus pengguna yang digunakan untuk mengakses aplikasi
Cara Menggunakan Aplikasi
- Aktifkan aplikasi ketika berada di SPBU
- Di menu utama pilih menu Bayar
- Kemudian tunjukkan QR Code ke pegawai SPBU untuk di scan
- Periksa jumlah bahan bakar yang terisi dan harganya kemudian pilih menu Bayar
- Isi PIN yang ada di akun LinkAja
- Tiap pembayaran melalui aplikasi ini pengguna akan memperoleh point yang bisa ditukarkan dengan berbagai voucher yang tersedia di aplikasi
Itulah sekelumit ulasan aplikasi MyPertamina yang dianggap simpel oleh pemerintah, namun ribet bagi pengguna. Tapi percayalah, masyarakat Indonesia selalu punya solutip untuk mengatasi pembatasan dengan ‘cara tak terbatas’.