Momen perayaan hari raya Idul Fitri tahun 2022 ini, penikmat film Indonesia bakal tak punya pilihan lain kecuali hantu. KKN Desa Penari sampai Kuntilanak 3, jikapun tidak pilihan lainnya cuma satu, Before I Met You itupun plotnya khas sinetron Indonesia, cuma soal cinta segitiga yang cenderung monoton, tidak ada yang baru.
Kecenderungan produksi film nasional yang hanya melulu melihat sesuatu secara komersil dengan memainkan sisi psikologi dua komunitas besar penikmat film Indonesia; horor dan percintaan.
Memprihatinkannya lagi, film dengan dua genre yang minim dari sisi kualitas tapi maksimal dari sisi kuantitas itu dijadikan momen sebagai peringatan untuk merayakan kembali kebebasan menonton bioskop pasca pandemi, tapi dengan cara yang kurang berkualitas.
Tak Ada yang Baru
Seperti berjudi, maka pilihannya hanya dua, untung atau rugi. Apalagi, film-film bertema horor sudah banyak bertaburan di sosial media, baik yang berkonsep film pendek sampai konten uji nyali yang ditayangkan secara langsung.
Demikian juga dengan tema percintaan ala remaja, tayangan sinetron di televisi punya lebih banyak opsi sinetron dengan latar percintaan mulai dari cinta segitiga sampai yang bertema hidayah.
Jika diberikan pilihan, memilih opsi menonton film Indonesia berlatar horor atau percintaan di momen lebaran dengan mendahulukan berbagai kenaikan harga kebutuhan pokok, jelas dua komunitas besar itu akan lebih memilih mendahulukan minyak goreng ketimbang sekedar menikmati jump scare ala film Indonesia yang mudah ditebak.
Apalagi, latar film-film horor yang tayang juga bukan hal yang baru, hanya sekedar ingin turut mendulang sukses dari kisah-kisah horor yang pernah hype sebelumnya, seperti KKN Desa Penari yang pernah jadi kisah horor viral di media sosial.
Mirisnya lagi, film KKN Desa Penari ini adalah remake dari film berjudul sama di tahun 2020 yang diperankan Chelsea Islan dengan menyadur kisah horor yang pernah viral di Twitter dengan penulis dan alur yang sama pula.
Begitu juga dengan Kuntilanak 3 yang lebih mengarah ke trilogi sosok hantu kuntilanak dengan bentuk yang berbeda, tapi punya plot dan latar yang cenderung absurd, karena cenderung mencontek plot film-film luar negeri seperti Harry Potter, Percy Jackson yang membangun nalar penontonnya melalui sekolah khusus untuk anak-anak khusus pula.
Pada film Before I Met You, jalan ceritanya pun bisa dibilang sangat sederhana, hanya soal sosok seorang gadis remaja yang dihadapkan dengan dua pilihan hati yang mudah ditebak.
Sekali lagi, pilihannya kembali kepada penikmat film Indonesia. Buang jauh-jauh ego tentang kerinduan akan film Indonesia yang berkualitas apalagi sampai harus bersusah payah berpikir kritis, cukup nikmati saja euforia kebangkitan kembali bioskop Indonesia pasca pandemi dengan cara (baca: film) yang biasa.
Setidaknya penonton bisa mengambil hikmahnya, bahwa film-film bergenre horor yang tayang bersamaan dengan momentum hari raya lebaran tahun ini, tidak ada adegan yang erotis, sebagaimana layaknya dulu film bertema horor yang kerap memunculkan sisi erotis dengan menghadirkan bintang-bintang seperti Miyabi dan rombongan artis pemersatu bangsa lainnya.
KKN Desa Penari
Mengulang sukses kisah horor yang ditulis Simpleman tentang sekelompok mahasiswa yang tengah melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah desa yang terbilang pelosok yang harus menghadapi berbagai peristiwa horor menyeramkan di lokasi mereka KKN.
Diperankan oleh Tissa Biani (Nur), Adinda Thomas (Widya), Aghniny Haque (Ayu), Achmad Megantara (Bima), Calvin Jeremy (Anton) dan M. Fajar Nugraha (Wahyu) memulai KKN yang belakangan kental dengan nuansa mistis.
Cerita dimulai dengan kedatangan sejumlah mahasiswa ini ke sebuah desa dengan nuansa yang cenderung suram. Dan, kepala desa setempat mengingatkan mereka untuk tidak melewati gapura perbatasan desa yang menuju ke sebuah petilasan angker.
Namun, larangan itu dilanggar hingga akhirnya satu persatu dari mereka harus menjadi korban dari sosok astral berbalut identitas sebagai penari.
Kuntilanak 3
Kuntilanak 3 yang dihiasi berbagai pemain berbagai latar usia, seperti Nicole Rossi, Andryan Bima, Ali Fikry, Sara Wijayanto, Aming Sugandhi, Zara Leola hingga Nafa Urbach ini, diawali dengan kesulitan Dinda (Nicole Rossi) untuk bisa hidup dengan normal layaknya anak-anak pada umumnya.
Dinda dikucilkan dan dibully oleh teman sekolahnya karena dianggap aneh (freak) karena kemampuan yang ia miliki.
Menyadari hal itu, Dinda ingin memiliki kemampuan untuk bisa mengendalikannya, sampai akhirnya ia menemukan informasi tentang keberadaan sebuah sekolah bernama Mata Hati yang menjadi sekolah sekaligus tempat untuk menampung anak-anak yang memiliki kemampuan khusus seperti Dinda.
Saat mendaftar di sekolah itu, Dinda disambut antusias oleh Baskara (Wafda Saifan) kepala sekolah Mata Hati, Mr. Bejo (Aming Sugandhi) dan Adella (Nafa Urbach).
Di sekolah ini, Dinda cepat beradaptasi karena lingkungan teman sekolahnya yang memiliki kemampuan yang sama dengannya, ia bahkan memiliki sahabat akrab yakni; Denis dan Uchi.
Tapi siapa sangka, ternyata ada bahaya yang mengintai di sekolah khusus tersebut, sehingga membuat Dinda bersama Kresna (Andryan Bima) dan Miko (Ali Fikry) berniat menyelidiki sekolah ini.
Terlebih lagi, ternyata di sekolah ini kerap kali terjadi kasus anak yang hilang tanpa ada kejelasan. Di sisi lain, Baskara yang melihat keistimewaan pada Dinda melaporkan kepada Eyang Sukma (Sara Wijayanto) sebagai pendiri dari sekolah Mata Hati.